Sabtu, 20 Juni 2015

Belum Mengeras

Assalamu'alaikum wr. wb.


InsyaAllah, Hati Hamba-Mu Ini Belum Mengeras


Taraweh pertama

Masjid belakang rumah begitu padat dan panas. Lebih padat dari sholat jumat biasanya dan lebih panas dari yang kukira. Mungkin karena efek begitu banyak orang yang bejubel di saat yang bersamaan. Kipas angin yang terpasang di sana-sini serasa tak punya efek sedikitpun mengurangi panas ini.
Sudah bisa diduga sih, hari pertama taraweh begini memang dimana-mana bakal penuh.
Rasanya memang ada yang beda dengan label taraweh pertama. Orang bilang ngga afdol puasamu kalau ngga ikutan taraweh pertama.
Taraweh hari berikutnya sih bodo amat.

Sholat sunnah taraweh akhirnya dimulai segera setelah sholat isya berjamaah selesai. Aku sedikit kesal ketika ternyata taraweh tetap lanjut setelah rokaat ke-8, jumalh rokaat taraweh yang biasa aku lakukan di kampung.
Oh no, bakal lama banget ini. Dan memang beneran lama. Untungnya hari pertama ini belum ada khotbah, jadi setidaknya cukup menyingkat waktu.

Pada akhirnya gue pulang dengan masih sedikit kesal.


Ah.
Rasanya Ramadhan kali ini pun gue belum akan menemukan titik balik itu.




Taraweh kedua

Belajar dari taraweh kemarin, gue putuskan cuma ikut 12 rokaat saja. Lagian gue belum sempet makan nasi, makanya masih laper. Toh sholat taraweh kan sholat sunnah yang tidak terlalu sakleq jumlah rokaatnya kan?

Dan semuanya berjalan sesuai rencana. Gue pulang setelah rokaat keduabelas.


Gue terbayang sepiring nasi dengan sop kepala ikan mas lalu diakhiri dengan sepotong besar semangka merah.
Sedap!



Taraweh ketiga

Hari ini gue pake celana panjang alih-alih sarung seperti dua hari kemarin. Ngga ada penyebab khusus sih, cuma lebih simpel aja karena kebetulan dari siang emmang sudah pake celana panjang ini.
Mungkin karena sudah kenyang, di tengah jalan gue termotivasi untuk ikut taraweh sampai akhir.

20 rokaat taraweh terlewati, lalu khotib pun berdiri. Dari sambutan takmir masjid, sepertinya khotib ini terbilang cukup dihormati.
Sambutan untuk khotib sebelum naik mimbar biasanya cuma kalimat yang berbunga-bunga. Dan pikiran gue biasanya terbang entah kemana di kesempatan macam begini.
Tapi kali ini boleh dikata sedikit janggal: gue memutuskan untuk mencoba menyimak tausyiah kali ini. Karena gue pikir seberapa banyakpun ilmu dilantangkan ngga bakal berguna bila pendengarnya cuma mendengar dan tidak menyimak.
Janggal? Memang janggal untuk ukuran saya yang biasanya.

Isi tausyiahnya cukup lucu. Beliau mengumpamakan jamaah taraweh sebagaimana buah duku.
Ada duku yang layu semenjak awal, yaitu yang cuma ikut sholat isya berjamaah lalu pulang.
Lalu ada yang layu di tengah jalan, yaitu orang-orang yang cuma separuh-separuh ikut taraweh.
Haha, gue tersenyum geli dalam hati. Yeah, gue boleh berbangga di titik ini.

Terakhir, ada juga duku yang sukses tumbuh sampe akhir, tapi begitu dibuka ternyata kosong.
Gue lupa apa istilahnya tapi yang jelas kata beliau orang-orang ini adalah yang ikut taraweh sampai akhir namun berisik, yang kala itu bahkan ditunjuk langsung oleh beliau adalah orang-orang yang sudah ada di luar masjid.
Jamaah tertawa serentak, sementara gue tersenyum lepas.

Ternyata khotib ini memang terbilang khotib terpandang di daerah ini. Baru 2 kali ini beliau datang ke masjid ini.
Akhir khotbah beliau adalah kalimat "standar", "Jamaah sekalian, bila memang Allah SWT menghendaki, insyaAllah kita akan bertemu kembali di tempat ini di lain waktu."
Jamaah menyambut dengan "Aamiiin" yang serentak, termasuk gue.

Eh?
Gue sudah sangat sering mendengar kalimat yang sama persis atau serupa, tapi kali ini rasanya ada yang berbeda.
Apanya? Orangnya? Suasananya? Nope, rasanya sama saja.
Tapi kali ini memang beda: they're so sincere and so passionate.

Lalu gue sadar ada yang berbeda di hati gue. Dia sedang bergetar dan somehow juga lebih lembut.
Gue seketika flashback 2 hari kemarin, lalu ke sekian banyak hari-hari sebelumnya.


Alhamdulillah ya Allah, inyaAllah hati hamba-Mu ini belum sepenuhnya mengeras



Wassalamu'alaikum wr. wb.
  • Add To Facebook
  • Share to Google Plus
  • Pin It
  • Tweet This

0 comments:

Posting Komentar

Saran? Kritik? Koreksi? Tambahan? Protes? Monggo :D